Fotosintesis (dari
bahasa
Yunani φώτο-
[fó̱to-], "cahaya," dan
σύνθεσις [sýnthesis], "menggabungkan",
"penggabungan") adalah suatu proses
biokimia
pembentukan zat makanan
karbohidrat
yang dilakukan oleh
tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat
hijau daun atau
klorofil. Selain tumbuhan berklorofil, makhluk
hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah
alga dan
beberapa jenis
bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan
menggunakan zat hara,
karbon dioksida, dan
air serta
bantuan energi cahaya
matahari.
[1]
Organisme fotosintesis disebut
fotoautotrof karena mereka dapat membuat
makanannya sendiri. Pada tanaman, alga, dan
cyanobacteria,
fotosintesis dilakukan dengan memanfaatkan karbondioksida dan
air serta
menghasilkan produk buangan
oksigen.
Fotosintesis sangat penting bagi semua
kehidupan
aerobik di Bumi karena selain untuk menjaga tingkat normal oksigen
di
atmosfer,
fotosintesis juga merupakan sumber energi bagi hampir semua kehidupan
di Bumi, baik secara langsung (melalui
produksi primer) maupun tidak langsung (sebagai sumber utama
energi dalam makanan mereka),
[2]
kecuali pada organisme
kemoautotrof
yang hidup di bebatuan atau di
lubang
angin hidrotermal di laut yang dalam. Tingkat penyerapan energi
oleh fotosintesis sangat tinggi, yaitu sekitar 100
terawatt,
[3]
atau kira-kira enam kali lebih besar daripada
konsumsi energi peradaban manusia.
[4]
Selain energi, fotosintesis juga menjadi sumber karbon bagi semua
senyawa organik dalam tubuh organisme. Fotosintesis
mengubah sekitar 100–115
petagram
karbon menjadi
biomassa setiap tahunnya.
[5][6]
Meskipun fotosintesis dapat berlangsung dalam berbagai cara pada
berbagai spesies, beberapa cirinya selalu sama. Misalnya, prosesnya
selalu dimulai dengan energi cahaya diserap oleh
protein
berklorofil yang disebut
pusat
reaksi fotosintesis. Pada tumbuhan, protein ini tersimpan di dalam
organel
yang disebut
kloroplas, sedangkan pada bakteri, protein ini
tersimpan pada
membran plasma. Sebagian
dari energi cahaya yang dikumpulkan oleh klorofil disimpan dalam bentuk
adenosin trifosfat (ATP). Sisa
energinya digunakan untuk memisahkan
elektron
dari zat seperti air. Elektron ini digunakan dalam reaksi yang mengubah
karbondioksia menjadi senyawa organik. Pada tumbuhan, alga, dan
cyanobacteria, ini dilakukan dalam suatu rangkaian reaksi yang disebut
siklus
Calvin, namun rangkaian reaksi yang berbeda ditemukan pada beberapa
bakteri, misalnya
siklus
Krebs terbalik pada
Chlorobium.
Banyak organisme fotosintesis memiliki
adaptasi
yang mengonsentrasikan atau menyimpan karbondioksida. Ini membantu
mengurangi proses boros yang disebut
fotorespirasi
yang dapat menghabiskan sebagian dari gula yang dihasilkan selama
fotosintesis.
Organisme fotosintesis pertama kemungkinan
berevolusi
sekitar
3.500
juta tahun silam, pada masa awal
sejarah
evolusi kehidupan ketika semua bentuk kehidupan di Bumi merupakan
mikroorganisme dan atmosfer memiliki sejumlah
besar karbondioksida. Makhluk hidup ketika itu sangat mungkin
memanfaatkan
hidrogen atau
hidrogen sulfida--bukan air--sebagai sumber elektron.
[7]
Cyanobacteria muncul kemudian, sekitar
3.000
juta tahun silam, dan secara drastis mengubah Bumi ketika mereka
mulai
mengoksigenkan
atmosfer pada sekitar
2.400
juta tahun silam.
[8]
Atmosfer baru ini memungkinkan
evolusi
kehidupan kompleks seperi
protista.
Pada akhirnya, tidak kurang dari satu miliar tahun silam, salah satu
protista membentuk
hubungan simbiosis dengan satu cyanobacteria dan
menghasilkan nenek moyang dari seluruh tumbuhan dan alga.
[9]
Kloroplas pada Tumbuhan modern merupakan keturunan dari cyanobacteria
yang bersimbiosis ini.
[10]
Pigmen
Proses
fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap
sel,
tetapi hanya pada sel yang mengandung
pigmen
fotosintetik.
[16]
Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak mampu melakukan
proses fotosintesis.
[16]
Pada percobaan
Jan Ingenhousz, dapat diketahui bahwa
intensitas
cahaya
memengaruhi
laju
fotosintesis pada
tumbuhan.
[14]
Hal ini dapat terjadi karena perbedaan
energi
yang dihasilkan oleh setiap
spektrum
cahaya.
[14]
Di samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi
pembeda adalah kemampuan
daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang
berbeda tersebut.
[14]
Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya
tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada
jaringan
daun.
[14]
Di dalam daun terdapat
mesofil yang terdiri atas
jaringan
bunga karang dan jaringan pagar.
[17]
Pada kedua jaringan ini, terdapat
kloroplas
yang mengandung pigmen hijau
klorofil.
[17]
Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan
penting dalam menyerap energi
matahari.
[17]
Dari semua
radiasi Matahari yang dipancarkan, hanya panjang
gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis,
yaitu
panjang gelombang yang berada pada kisaran
cahaya tampak (380-700 nm).
[18]
Cahaya
tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 -
600 nm), biru (410 - 500 nm), dan violet (< 400 nm).
[19]
Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis.
[19]
Hal ini terkait pada sifat
pigmen
penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis.
[19]
Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki
panjang gelombang tertentu.
[19]
Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang
berbeda.
[19]
Kloroplas
mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama
menyerap cahaya biru-violet dan merah, sementara klorofil b menyerap
cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a
berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara
langsung berperan dalam reaksi terang.
[19]
Proses absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron berenergi
tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan disalurkan dan ditangkap
oleh akseptor elektron.
[20]
Proses ini merupakan awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis.
Hasil mikroskop elektron dari kloroplas
Kloroplas
terdapat pada semua bagian
tumbuhan
yang berwarna hijau, termasuk
batang dan
buah yang
belum matang.
[21]
Di dalam kloroplas terdapat
pigmen klorofil
yang berperan dalam proses fotosintesis.
[22]
Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut
stroma.
[21]
Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran.
[21]
Membran stroma ini disebut
tilakoid,
yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut
lokuli.
[21]
Di dalam
stroma juga
terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk
grana (kumpulan
granum).
[21]
Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat
terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di
antara membran tilakoid.
[21]
Bila sebuah granum disayat maka akan dijumpai beberapa
komponen
seperti
protein,
klorofil a, klorofil b,
karetonoid,
dan
lipid.
[23]
Secara keseluruhan, stroma berisi protein,
enzim,
DNA,
RNA, gula fosfat,
ribosom,
vitamin-vitamin,
dan juga ion-ion
logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun tembaga
(Cu).
[17]
Pigmen fotosintetik terdapat pada
membran
tilakoid.
[17]
Sedangkan, pengubahan
energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam
tilakoid dengan produk akhir berupa
glukosa
yang dibentuk di dalam stroma.
[17]
Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat
dalam fotosintesis yang dikenal sebagai
fotosistem.
[17]
Fotosistem adalah suatu unit yang mampu menangkap
energi
cahaya Matahari yang terdiri dari klorofil a, kompleks antena, dan
akseptor elektron.
[17]
Di dalam kloroplas terdapat beberapa macam
klorofil
dan
pigmen
lain, seperti klorofil a yang berwarna hijau muda, klorofil b berwarna
hijau tua, dan
karoten yang berwarna kuning
sampai jingga.
[17]
Pigmen-pigmen tersebut mengelompok dalam membran tilakoid dan membentuk
perangkat pigmen yang berperan penting dalam fotosintesis.
[24]
Klorofil a berada dalam bagian pusat
reaksi.
[20]
Klorofil ini berperan dalam menyalurkan
elektron
yang berenergi tinggi ke akseptor utama elektron.
[20]
Elektron ini selanjutnya masuk ke
sistem siklus
elektron.
[20]
Elektron yang dilepaskan klorofil a mempunyai
energi
tinggi sebab memperoleh energi dari cahaya yang berasal dari
molekul
perangkat pigmen yang dikenal dengan kompleks antena.
[24]
Fotosistem sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I
dan fotosistem II.
[24]
Pada fotosistem I ini penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a
yang
sensitif
terhadap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga klorofil a
disebut juga P700.
[25]
Energi yang diperoleh P700 ditransfer dari kompleks antena.
[25]
Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a
yang sensitif terhadap
panjang gelombang 680 nm sehingga disebut P680.
[26]
P680 yang teroksidasi merupakan agen pengoksidasi yang lebih kuat
daripada P700.
[26]
Dengan
potensial
redoks yang lebih besar, akan cukup elektron negatif untuk memperoleh
elektron dari molekul-molekul
air.
[17]
[sunting]
Membran
dan organel fotosintesis
Protein yang mengumpulkan cahaya untuk fotosintesis dilengkapi dengan
membran
sel. Cara yang paling sederhana terdapat pada bakteri, yang mana
protein-protein ini tersimpan di dalam mebran plasma.
[27]
Akan tetapi, membran ini dapat terlipat dengan rapat menjadi lembaran
silinder yang disebut
tilakoid,
[28]
atau terkumpul menjadi
vesikel yang disebut
membran intrakitoplasma.
[29]
Struktur ini dapat mengisi sebagian besar bagian dalam sel, menjadikan
membran itu memiliki area permukaan yang luas dan dengan demikian
meningkatkan jumlah cahaya yang dapat diserap oleh bakteri.
[28]
Pada Tumbuhan dan alga, fotosintesis terjadi di
organel
yang disebut
kloroplas. Satu
sel
tumbuhan biasanya memiliki sekitar 10 sampai 100 kloroplas.
Kloroplas ditutupi oleh suatu membran. Membran ini tersusun oleh membran
dalam fosfolipid, membran luar fosfolipid, dan membran antara kedua
membran itu. Di dalam membran terdapat cairan yang disebut stroma.
Stroma mengandung tumpukan (grana) tilakoid, yang merupakan tempat
berlangsungnya fotosintesis. Tilakoid berbentuk cakram datar, dilapisi
oleh membran dengan lumen atau ruang tilakoid di dalamnya. Tempat
terjadinya fotosintesis adalah membran tilakoid, yang mengandung
kompleks membran integral dan
kompleks
membran periferal, termasuk membran yang menyerap energi cahaya,
yang membentuk fotosistem.
Tumbuhan menyerap cahaya menggunakan
pigmen klorofil,
yang merupakan alasan kenapa sebagian besar tumbuhan memiliki warna
hijau. Selain klorofil, tumbuhan juga menggunakan pigmen seperi
karoten dan
xantofil.
[30]
Alga juga menggunakan klorofil, namun memiliki beragam pigmen lainnya,
misalnya
fikosianin,
karoten, dan
xantofil pada
alga
hijau,
fikoeritrin
pada
alga merah (rhodophyta) dan
fukoksantin
pada
alga cokelat dan
diatom
yang menghasilkan warna yang beragam pula.
Pigmen-pigmen ini terdapat pada tumbuhan dan alga pada protein antena
khusus. Pada protein tersebut semua pigmen bekerja bersama-sama secara
teratur. Protein semacam itu disebut
kompleks
panen cahaya.
Walaupun semua sel pada bagian hijau pada tumbuhan memiliki
kloroplas, sebagian besar energinya diserap di dalam
daun. Sel pada
jaringan dalam daun, disebut
mesofil,
dapat mengandung antara 450.000 sampai 800.000 kloroplas pada setiap
milimeter persegi pada daun. Permukaan daun secara sergam tertutupi oleh
kutikula lilin yang
tahan air yang melindungi daun dari
penguapan
yang berlebihan dan mengurangi penyerapan
sinar biru atau
ultraviolet untuk mengurangi
pemanasan.
Lapisan
epidermis yang tembus pandang memungkinkan cahaya untuk
masuk melalui sel mesofil
palisade
tempat sebagian besar fotosintesis berlangsung.
[sunting] Fotosintesis pada
tumbuhan
Tumbuhan bersifat
autotrof.
[13]
Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung dari senyawa
anorganik.
[13]
Tumbuhan menggunakan
karbon dioksida dan
air untuk
menghasilkan
gula
dan
oksigen
yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini
berasal dari fotosintesis. Berikut ini adalah persamaan reaksi
fotosintesis yang menghasilkan glukosa:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6
(glukosa) + 6O2
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti
selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar.
[13]
Proses ini berlangsung melalui
respirasi
seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan.
[13]
Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan
dengan persamaan di atas.
[13]
Pada
respirasi,
gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk
menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.
[13]
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut
klorofil.
[13]
Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat
dalam organel yang disebut kloroplas.
[13]
klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis.
[13]
Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung
kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun.
[13]
Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung
setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya.
[13]
Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan,
menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis.
[13]
Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat
anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar Matahari ataupun
penguapan air yang berlebihan.
[13]
[sunting]
Fotosintesis
pada alga dan bakteri
Alga
terdiri dari alga
multiseluler seperti
ganggang hingga alga
mikroskopik
yang hanya terdiri dari satu
sel.
[31]
Meskipun alga tidak memiliki struktur sekompleks tumbuhan darat,
fotosintesis pada keduanya terjadi dengan cara yang sama.
[31]
Hanya saja karena alga memiliki berbagai jenis
pigmen
dalam kloroplasnya, maka panjang gelombang
cahaya
yang diserapnya pun lebih bervariasi.
[31]
Semua alga menghasilkan
oksigen dan kebanyakan bersifat
autotrof.
[31]
Hanya sebagian kecil saja yang bersifat
heterotrof
yang berarti bergantung pada materi yang dihasilkan oleh organisme
lain.
[31]
Fotosintesis terdiri dari dua tahap yang disebut reaksi terang, yang
membutuhkan cahaya dan melibatkan pemecahan air serta pelepasan oksigen,
dan reaksi gelap atau siklus Calvin, yang mengubah karbon dioksida
menjadi gula.
Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada
sejumlah tahap yang belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak
yang diketahui tentang proses vital ini.
[32]
Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang
ilmu pengetahuan alam utama,
seperti
fisika,
kimia,
maupun
biologi
sendiri.
[32]
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah
daun.
[32]
Namun secara umum, semua sel yang memiliki
kloroplas
berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini.
[33]
Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada
bagian
stroma.
[32]
Hasil fotosintesis (disebut
fotosintat) biasanya dikirim ke
jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu.
[32]
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua
bagian utama:
reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan
reaksi
gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
[18]
Reaksi terang terjadi pada
grana (tunggal:
granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam
stroma.
[18]
Dalam reaksi terang, terjadi konversi
energi
cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan
oksigen
(O
2).
[18]
Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi
siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO
2
dan energi (
ATP
dan
NADPH).
[18]
Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi
terang.
[18]
Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya Matahari. Reaksi gelap
bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi
molekul gula.
[18]
Organisme fotosintesis itu
autotrof,
yang berarti bahwa mereka menyimpan energi, mereka dapat
menyintesis makanan langsung ari karbondioksida, air, dan
menggunakan energi dari cahaya. Mereka menumbuhkannya sebagai bagian
dari
energi potensial mereka. Akan tetapi, tidak
semua organisme menggunakan cahaya sebagai sumber energi untuk
melaksanakan fotosintesis, karena
fotoheterotrof
menggunakan senyawa organik, dan bukan karbondioksida, sebagai sumber
energi.
[2]
Pada tumbuhan, alga, dan cyanobacteria, fotosintesis menghasilkan
oksigen. Ini disebut
fotosintesis oksigen. Walaupun ada beberapa
perbedaan antara fotosintesis oksigen pada
tumbuhan,
alga, dan
cyanobacteria,
secara umum prosesnya cukup mirip pada organisme-organisme tersebut.
Akan tetapi, ada beberapa jenis bakteri yang melakukan
fotosintesis
anoksigen, yang menyerap karbondioksida namun tidak menghasilkan
oksigen.
Karbondioksida diubah menjadi gula dalam suatu proses yang disebut
fiksasi
karbon. Fiksasi karbon adalah reaksi
redoks,
jadi fotosintesis memerlukan sumber energi untuk melakukan proses ini,
dan elektron yang diperlukan untuk mengubah karbondioksida menjadi
karbohidrat,
yang merupaan
reaksi
reduksi. Secara umum, fotosintesis adalah kebalikan dari
respirasi sel, yang mana glukosa dan senyawa
lainnya teroksidasi untuk menghasilkan karbondioksia, air, dan
menghasilkan energi kimia. Namun, dua proses itu berlangsung melalui
rangkaian reaksi kimia yang berbeda dan pada kompartemen sel yang
berbeda.
Persamaan umum untuk
fotosintesis adalah sebagai berikut:
- 2n CO2 + 2n DH2 + foton → 2(CH2O)n
+ 2n DO
Karbondioksida + donor elektron + energi cahaya → karbohidrat + donor
elektron teroksidasi
Pada fotosintesis
okesigen air adalah donor elektron dan,
karena merupakan
hidrolisis melepaskan oksigen, persamaan untuk
proses ini adalah:
- 2n CO2 + 4n H2O + foton → 2(CH2O)n
+ 2n O2 + 2n H2O
- karbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen + air
Seringkali 2n molekul air dibatalkan pada kedua pihak, sehingga
menghasilkan:
- 2n CO2 + 2n H2O + foton → 2(CH2O)n
+ 2n O2
- karbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen
Proses lainnya menggantikan senyawa lainnya (Seperti
arsenit)
dengan air pada peran suplai-elektron; mikroba menggunakan cahaya
matahari untuk mengoksidasi arsenit menjadi
arsenat:
[34]
Persamaan untuk reaksinya adalah sebagai berikut:
- CO2 + (AsO33–) + foton → (AsO43–)
+ CO [35]
- karbondioksida + arsenit + energi cahaya → arsenat + karbonmonoksida
(digunakan untuk membuat senyawa lainnya dalam reaksi berikutnya)
Fotosintesis terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama,
reaksi
terang atau
reaksi cahaya menyerap energi cahaya dan
menggunakannya untuk menghasilkan molekul penyimpan energi
ATP dan
NADPH. Pada
tahap kedua,
reaksi gelap menggunakan produk ini untuk menyerap
dan mengurangi karondioksida.
Sebagian besar organisme yang melakukan fotosintesis untuk
menghasilkan oksigen menggunakan
cahaya
nampak untuk melakukannya, meskipun setidaknya tiga menggunakan
radiasi
inframerah.
[36]
[sunting] Reaksi terang
Reaksi terang fotosintesis pada membran tilakoid
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan
ATP dan
reduksi NADPH
2.
[37]
Reaksi ini memerlukan molekul
air dan cahaya
Matahari. Proses diawali dengan penangkapan
foton oleh
pigmen
sebagai
antena.
[37]
Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama,
yaitu fotosistem I dan II.
[38]
Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa
fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm,
sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal
menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.
[38]
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II
menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II
tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi tidak stabil.
[38]
Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul H
2O
yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn)
yang bertindak sebagai enzim.
[38]
Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid.
Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan
mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH
2.
[38]
Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid
bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II
ke suatu pompa H
+ yang disebut sitokrom b
6-f
kompleks.
[37]
Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II adalah
[38]:
2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H- → 4H+
+ O2 + 2PQH2
Sitokrom b
6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari
PS II ke PS I dengan mengoksidasi PQH
2 dan mereduksi protein
kecil yang sangat mudah bergerak dan mengandung tembaga, yang dinamakan
plastosianin (PC).
[38]
Kejadian ini juga menyebabkan terjadinya pompa H
+ dari
stroma ke membran tilakoid.
[38]
Reaksi yang terjadi pada sitokrom b
6-f kompleks adalah
[38]:
2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+)
+ 4 H+ (lumen)
Elektron dari sitokrom b
6-f kompleks akan diterima oleh
fotosistem I.
[38]
Fotosistem ini menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi
mengandung kompleks inti terpisahkan, yang menerima elektron yang
berasal dari H
2O melalui kompleks inti PS II lebih dahulu.
[38]
Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I berfungsi mengoksidasi
plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke protein Fe-S larut
yang disebut feredoksin.
[38]
Reaksi keseluruhan pada PS I adalah
[38]:
Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+)
+ 4Fd(Fe2+)
Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir
pengangkutan elektron untuk mereduksi NADP
+ dan membentuk
NADPH.
[38]
Reaksi ini dikatalisis dalam stroma oleh enzim feredoksin-NADP
+
reduktase.
[38]
Reaksinya adalah
[38]:
4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd
(Fe3+) + 2NADPH
Ion H
+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan
masuk ke dalam ATP sintase.
[1]
ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan
elektron dan H
+ melintasi membran tilakoid.
[1]
Masuknya H
+ pada ATP sintase akan membuat ATP sintase
bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP.
[1]
Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai
berikut
[1]:
Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP +
NADPH + 3H+ + O2
Pada tanaman,
reaksi
terang terjadi pada
membran
tilakoid di
kloroplas dan menggunakan energi cahaya untuk
menyintesis ATP dan NADPH. Reaksi terang memiliki dua bentuk: siklus dan
nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus,
foton
diserap pada
kompleks
antena fotosistem II
penyerap cahaya oleh
klorofil dan
pigmen
aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi
fotosistem II memperoleh energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena
yang berdekatan dengannya, satu elektron akan dipindahkan ke molekul
penerima elektron, yaitu feopftin, melalui sebuah proses yang disebut
pemisahan tenaga terfotoinduksi. Elektron ini dipindahkan
melalui
rangkaian transport elektron, yang disebut
skema Z,
yang pada awalnya berfungsi untuk menghasilkan
potensi
kemiosmosis di sepanjang membran. Satu enzim
sintase ATP menggunakan potensi kemisomosis
untuk menghasilkan ATP selama fotofosforilasi, sedangkan
NADPH adalah
produk dari reaksi
redoks terminal pada
skema Z. Elektron masuk
ke molekul klorofil pada
fofosistem
II. Elektron ini tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh
fotosistem.
Pembawa elektron kedua menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan
untuk menurunkan energi
penerim
elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron digunakan
untuk menggerakan ion hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai ke
dalam lumen. Elektron digunakan untuk mereduksi koenzim NADP, yang
memiliki fungsi pada reaksi terang. Reaksi siklus mirip dengan
nonsiklus, namun berbeda pada bentuknya karena hanya menghasilkan ATP,
dan tidak ada NADP (NADPH) tereduksi yang dihasilkan. Reaksi siklus
hanya berlangsung pada fotosistem I. Setelah elektron dipindahkan dari
fotosistem, elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron dan
dikembalikan ke fotosistem I, yang dari sanalah awalnya elektron
dikeluarkan, sehingga reaksi ini diberi nama
reaksi siklus.
[sunting] Fotolisis air
NADPH adalah
agen
pereduksi utama dalam kloroplas, menyediakan sumber elektron enerjik
kepada reaksi lainnya. Produksinya meninggalkan klorofil dengan defisit
elektron (teroksidasi), yang harus diperoleh dari beberapa agen
pereduksi lainnya. Elektron yang hilang dari klorofil pada
fotosistem I
ini digantikan dari rangkaian transport elektron oleh
plastosianin.
Akan tetapi, karena
fotosistem
II meliputi tahap pertama dari
skema Z, sumber elektron
eksternal siperlukan untuk mereduksi molekuk
klorofil a-nya
yang telah teroksidasi. Sumber elektron pada tanaman hijau dan
fotosintesis cyanobacteria adalah air. Dua molekul air teroksidasi oleh
oleh empat reaksi pemisahan-tenaga berturut-turut oleh fotosistem II
untuk menghasilkan satu molekul
oksigen
diatom dan empat ion
hidrogen; elektron yang dihasilkan pada tiap tahap
dipindahkan ke residu
tirosin redoks-aktif yang
kemudian mereduksi spesies klorofil
a yang berpasangan yang telah
terfotooksidasi yang disebut P680 yang berguna sebagai donor elektron
primer (digerakkan oleh cahaya) pada pusat reaksi fotosistem II.
Oksidasi air
terkatalisasi pada fotosistem oleh fotosistem II
oleh suatu struktur redoks-aktif yang mengandung empat ion
mangan dan
satu ion kalsium;
kompleks
evolusi oksigen ini mengikat dua molekul air dan menyimpan empat
padanannya yang telah teroksidasi yang diperlukan untuk melakukan reaksi
oksidasi air. Fotosistem II adalah satu-satunya
enzim
biologi yang diketahui melaksanakan oksidasi air ini. Ion hidrogen
berkontribusi terhadap potensi kemiosmosis transmembran yang berujung
pada sintesis ATP. Oksigen adalah produk ampas dari reaksi cahaya, namun
sebagian besar organisme di Bumi menggunakan oksigen untuk
respirasi sel, termasuk organisme fotosintesis.
[39][40]
[sunting] Reaksi gelap
Reaksi gelap
pada
tumbuhan
dapat terjadi melalui dua
jalur, yaitu
siklus
Calvin-Benson dan
siklus Hatch-Slack.
[41]
Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah
senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa
dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat.
[41]
Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur
ini dinamakan tumbuhan C-3.
[41]
Penambatan CO
2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini
dibantu oleh enzim
rubisco.
[41]
Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut
tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO
2
adalah
oksaloasetat
yang memiliki empat atom karbon.
Enzim yang
berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.
[41]
[sunting] Siklus Calvin-Benson
Mekanisme
siklus Calvin-Benson dimulai dengan
fiksasi CO
2
oleh ribulosa difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat.
[41]
RuBP merupakan
enzim alosetrik
yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari
pencahayaan
kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini
distimulasi oleh peningkatan
pH.
[41]
Jika kloroplas diberi
cahaya, ion H
+ ditranspor dari
stroma ke dalam
tilakoid
menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim
karboksilase, terletak di
permukaan
luar
membran
tilakoid.
[41]
Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg
2+, yang memasuki
stroma daun sebagai ion H
+, jika kloroplas diberi cahaya.
[41]
Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh
fotosistem I
selama pemberian cahaya.
[41]
Fiksasi CO
2
ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.
[20]
Fikasasi
CO2 melewati proses
karboksilasi,
reduksi, dan
regenerasi.
[42]
Karboksilasi melibatkan penambahan CO
2 dan H
2O ke
RuBP membentuk dua
molekul 3-fosfogliserat(3-PGA).
[42]
Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi
menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).
[42]
Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi
gugus karboksil
dari 3-PGA pertama-tama diubah menjadi
ester jenis
anhidrida asam pada
asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat
terakhir dari
ATP.
[42]
ATP ini timbul dari
fotofosforilasi
dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali
dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi tambahan.
[42]
Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang menyumbang 2
elektron.
[42]
Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali untuk mengubah ADP
menjadi ATP.
[42]
Pada
fase
regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk
bereaksi dengan CO
2 tambahan yang ber
difusi
secara
konstan ke
dalam dan melalui
stomata.
[43]
Pada akhir reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap molekul
CO
2 yang ditambat, digunakan untuk mengubah ribulosa-5-fosfat
menjadi RuBP, kemudian
daur dimulai
lagi.
[43]
Tiga putaran daur akan menambatkan 3
molekul
CO
2 dan
produk akhirnya adalah 1,3-Pgaldehida.
[20]
Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk
pati, sebagian lainnya dibawa keluar.
[20]
Sistem ini membuat jumlah
total fosfat
menjadi konstan di kloroplas, tetapi menyebabkan munculnya triosafosfat
di
sitosol.
[20]
Triosa fosfat digunakan sitosol untuk membentuk
sukrosa.
[20][43]
[sunting] Siklus Hatch-Slack
Berdasarkan cara memproduksi
glukosa,
tumbuhan
dapat dibedakan menjadi tumbuhan C3 dan C4.
[44]
Tumbuhan C3 merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah
subtropis.
[44]
Tumbuhan ini menghasilkan
glukosa
dengan pengolahan CO
2 melalui siklus Calvin, yang melibatkan
enzim
Rubisco sebagai penambat CO
2.
[44]
Tumbuhan C3 memerlukan 3 ATP untuk menghasilkan molekul glukosa.
[44]
Namun, ATP ini dapat terpakai sia-sia tanpa dihasilkannya glukosa.
[45]
Hal ini dapat terjadi jika ada
fotorespirasi,
di mana enzim Rubisco tidak menambat CO
2 tetapi menambat O
2.
[45]
Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang umumnya ditemukan di daerah
tropis.
[45]
Tumbuhan ini melibatkan dua enzim di dalam pengolahan CO
2
menjadi glukosa.
[45]
Enzim phosphophenol pyruvat carboxilase (PEPco) adalah enzim yang
akan mengikat CO
2 dari udara dan kemudian akan menjadi
oksaloasetat.
[45]
Oksaloasetat akan diubah menjadi malat.
[45]
Malat akan terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO
2.
[45]
Piruvat akan kembali menjadi PEPco, sedangkan CO
2 akan masuk
ke dalam siklus Calvin yang berlangsung di sel
bundle sheath dan
melibatkan enzim RuBP.
[45]
Proses ini dinamakan siklus Hatch Slack, yang terjadi di sel
mesofil.
[46]
Dalam keseluruhan proses ini, digunakan 5 ATP.
[46]
[sunting] Urutan dan kinetika
Proses forosintesis terjadi melalui empat tahap:
[6]
Tahap |
Penjelasan |
Skala waktu |
1 |
Perpindahan energi pada klorofil antena (membran tilakoid) |
femtodetik
sampai pikodetik |
2 |
Perpindahan elektorn pada reaksi fotokimia (membran tilakoid) |
pikodetik
sampai nanodetik |
3 |
Rantai perpindahan elektron dan sintesis ATP (membran tilakoid) |
mikrodetik
sampai millidetik |
4 |
Fiksasi karbon dan ekspor produk stabil |
millidetik
sampai detik |
Tumbuhan
biasanya mengubah cahaya menjadi
energi kimia
dengan
efisiensi
fotosintesis sekitar 3–6%.
[47]
Efisiensi fotosintesis yang sebenarnya, bergam tergantung pada
frekuensi cahaya yang diserap, suhu dan jumlah karbondioksida di
atmosfer, dan dapat bervariasi mulai dari 0.1% sampai 8%.
[48]
Sebagai perbadningan,
panel
surya mengubah cahaya menjadi
energi listrik dengan efisiensi ekitar 6-20 % untuk panel
yang diproduksi massal, dan di atas 40% untuk panel laboratoium.
Sistem fotosintesis awal, seperti misalnya pada
bakteri
sulfur hijau dan
bakteri
sulfur ungu serta
baktero
nonsulfur hujau dan
bakteri
nonsulfur ungu, dipercaya sebagai anoksigenik, menggunakan beragam
molekul sebagai
donor
elektron. Bakteri sulfur hijau dan ungu dipercaya menggunakan
hidrogen
dan
sulfur sebagai donor elektron. Bakteri nonsulfur
hijau menggunakan beragam
asam
amino dan
asam organik lainnya. Bakteri nonsulfur ungu
menggunakan beragam molekuk organik nonrinci. Penggunaan molekuk-molekul
ini konsisten dengan bukti geologi bahwa atmosfer sangat
terkurangi
pada
masa itu.
[rujukan?]
Fosil yang dipercaya sebagai organisme fotosintesis
filamen
diperirakan berasal dari 3,4 miliar tahun silam.
[49][50]
Sumber utama
oksigen di
atmosfer adalah
fotosintesis
oksigen, dan kemunculan pertamanya seringkali disebut sebagai
katastropi
oksigen. Bukti geologis menunjukkan bahwa fotosintesis oksigen,
seperti misalnya pada
cyanobacteria,
menjadi penting selama era
Paleoproterozoikum sekitar 2 miliar tahun
silam. Fotosintesis modern pada Tumbuhan dan sebagian besar prokariota
fotosintesis menghasilkan oksigen. Fotosintesis oksigen menggunakan air
sebagai donor elektron, yang
teroksidasi
menjadi oksigen molekuker (
O2) di
pusat
reaksi fotosintesis.
[sunting]
Simbiosis
dan asal mula kloroplas
Beberapa kelompok hewan membentuk hubungan
simbiosis
dengan alga fotosintesis. Ini banyak terdapat pada
koral,
spons, dan
anemon
laut. Diperkirakan bahwa ini adalah akibat dari
rangka tubuh
mereka yang cukup sederhana dan area permukaan tubuh yang luas
dibandingkan volume tubuh mereka.
[51]
Selain itu, beberapa
moluska, yaitu
Elysia
viridis dan
Elysia
chlorotica, juga memiliki hubungan simbiosis dengan kloroplas
yang mereka ambil dari alga yang mereka makan dan kemudian disimpan di
dalam tubuh mereka. Ini memungkinkan moluska bertahan hidup hanya dengan
melakukan fotosintesis selama beberapa bulan pada suatu waktu.
[52][53]
Beberapa gen dari
nukleus sel Tumbuhan ini
ditransfer ke siput sehingga kloroplas dapat disuplai dengan protein
yang mereka gunakan untuk bertahan hidup.
[54]
Bentuk simbiosis yang bahkan lebih dekat dapat menjelaskan asal usul
kloroplas. Kloroplas mungkin memiliki banyak kesamaaan dengan
bakteri
fotosintesis, termasuk
kromosom
bundar,
ribosom
berjenis prokariota, dan protein serupa di pusat reaksi fotosintesis.
[55][56]
Teori
endosimbiotik menunjukkan bahwa bakteri fotosintesis didapat
(melalui
endositosis) oleh sel
Eukariota
untuk membentuk sel
Tumbuhan awal. Dengan demikian, kloroplas
kemungkinan merupakan bakteri fotosintesis yang beradaptasi untuk hidup
di dalam sel Tumbuhan. Seperti
mitokondria,
kloroplas masih memiliki DNA mereka sendiri, terpisah dari
DNA nukleus
pada sel inang Tumbuhan mereka dan gen dalam DNA kloroplas ini mirip
dengan yang terdapat pada
cyanobacteria.
[57]
DNA di kloroplas menyandi untuk protein
redoks
seperti pusat reaksi fotosintesis.
Hipotesis
CoRR mengusulkan bahwa lokasi
Co-lokasi ni diperlukan untuk
Regulasi
Redoks.
[sunting]
Cyanobacteria
dan evolus fotosintesis
Kapasitas biokimia untuk menggunakan air sebagai sumber elektron
dalam fotosintesis berevolusi sekali, pada
nenek moyang bersama dari
cyanobacteria
yang masih ada. Rekaman geologi mengindikasikan bahwa peritiwa
perubahan ini terjadi pada awal sejarah Bumi, setidaknya 2450–2320 juta
tahun silam, bahkan diperkirakan jauh lebih awal dari itu.
[58]
Bukti yang tersedia dari studi geologi mengenai
batu sedimen Archean
(>2500 juta tahun silam) mengindikasikan bahwa kehidupan tersebut ada
sekitar 3500 juta tahun lalu, namun pertanyaan mengenai kapan
fotosintesis oksigen berevolusi masih belum terjawab. Jendela patologi
yang jelas untuk
evolusi cyanobacteria terbuka sekitar 200 juta tahun
silam, mengungapkan biota bakteri biru-hijau yang sudah beragam.
Cyanobacteria
tetap menjadi
produsen
primer utama di sepanjang masa
Eon
Pretozoikum (2500–543 juta tahun silam), sebagian karena struktur
redoks di laut lebih memudahkan fotoautotrof yang mampu melakukan
fiksasi
nirogen.
[rujukan?] Alga
hijau mengikuti hijau-biru sebagai produsen utama di
rak
kontinental dekat dengan akhir masa
Pretozoikum,
namun hanya dengan radiasi
dinoflagelata,
kokolitoforid,
dan
diatom
pada masa
Messozoikum
(251-65 juta tahun silam)
produksi primer pada perairan tonjolan kelautan mulai
memiliki bentuk modernnya. Cyanobacteria tetap menjadi penting bagi
ekosistem laut sebagai produsen utama dalam pilin samudra,
sebagai agen fiksasi nitrogen biologis, dan, dalam bentuk yang
termodifikasi, sebagai
plastid alga laut.
[59]
Sebuah studi tahun 2010 oleh para peneliti di
Universitas Tel Aviv menemukan bahwa
hornet
oriental (
Vespa orientalis) mengubah cahaya matahari menjadi
energi listrik menggunakan suatu pigmen yang disebut
xantopterin.
Ini merupakan bukti ilmiah pertama mengenai anggota kerajaan
hewan yang
melakukan fotosintesis.
[60]
[sunting]
Faktor
penentu laju fotosintesis
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa
faktor yaitu
faktor yang dapat memengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan
maupun faktor yang tidak memengaruhi secara langsung seperti
terganggunya beberapa fungsi
organ yang
penting bagi proses fotosintesis.
[1]
Proses fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi
lingkungan meliputi kehadiran cahaya Matahari,
suhu
lingkungan, konsentrasi
karbondioksida (CO
2).
[1]
Faktor lingkungan tersebut dikenal juga sebagai faktor pembatas dan
berpengaruh secara langsung bagi laju fotosintesis.
[61]
Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai
kondisi
optimum
meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah
sebabnya faktor-faktor pembatas tersebut sangat memengaruhi laju
fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju optimum fotosintesis.
[61]
Selain itu, faktor-faktor seperti
translokasi
karbohidrat,
umur daun, serta ketersediaan
nutrisi
memengaruhi fungsi
organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara
tidak langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis.
[62]
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju
fotosintesis
[62]:
- Intensitas cahaya. Laju fotosintesis maksimum
ketika banyak cahaya.
- Konsentrasi karbon dioksida. Semakin banyak karbon dioksida
di udara,
makin banyak jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk
melangsungkan fotosintesis.
- Suhu.
Enzim-enzim
yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu
optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu hingga batas toleransi
enzim.
- Kadar air. Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata
menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju
fotosintesis.
- Kadar fotosintat (hasil fotosintesis). Jika kadar fotosintat
seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar
fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju
fotosintesis akan berkurang.
- Tahap pertumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa laju
fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah
ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan
berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan
makanan
untuk tumbuh.
[sunting] Intensitas
cahaya (pancaran), panjang gelombang dan suhu
Pada awal abad ke-120,
Frederick
Frost Blackman bersama dengan
Albert Einstein menyelidiki pengaruh intensitas cahaya (
pemancaran)
dan suhu terhadap tingkat asimilasi karbon.
- Pada suhu tetap, tingkat asimilasi karbon beragam dengan pemancaran,
pada awalnya meningkat seiring peningkatan pemancaran. Akan tetapi,
pada tingkat pemancaran yang lebih tinggi, hubungan ini tidak
berlangsung lama dan tingkat asimilasi karbon menjadi konstan.
- Pada pemancaran tetap, tingkat asimilasi karbon meningkat seiring
suhu meningkat pada cakupan terbatas. Peranguh ini dapat dilihat hanya
pada tingkat pemancaran yang tinggi. Pada pemancaran yang rendah,
peningkatan suhu hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap tingkat
asimilasi karbon.
Dua eksperimen ini menggambarkan poin penting: Pertama, dari
penelitian ini diketahui bahwa, secara umum,
reaksi
fotokimia tidak dipengaruhi oleh
suhu. Akan
tetapi, percobaan ini menunjukkan dengan jelas bahwa suhu mempengaruhi
tingkat asimilasi karbon, jadi pasti ada dua rangkaian reaksi pada
proses lengkap asimilasi karbon. Ini adalah tahap
'fotokimia'
bergantung cahaya dan tahap
bergantung
suhu tapi tak bergantung udara. Yang kedua, percobaan Blackman
menunjukkan konsep
faktor
pembatas. Faktor pembatas lainnya adalah panjang gelombang cahaya.
Cyanobacteria, yang hidup beberapa meter di bawah tanah tidak dapat
memperoleh panjang gelombang yang tepat yang diperlukan untuk
menghasilkan pemisahan bertenaga fotoinduksi pada pigmen fotosintesis
konvensional. Untuk mengatasi permasalahan ini, serangkaian protein
dengan pigmen-pigmen berbeda mengelilingi pusat reaksi. Unit ini disebut
fikobilisome.
[sunting]
Tingkat
karbondioksi dan fotorespirasi
Ketika konsentrasi karbondioksi meningkat, tingkat yang mana gula
dihasilkan oleh
reaksi
bergantung cahaya meningkat hingga dibatasi oleh faktor-faktor
lainnya.
RuBisCO, enzim
yang mengkat karbondioksida pada reaksi bebas cahaya, memiliki afinitas
pengikatan untuk karbon dan oksigen. Ketika konsentrasi karbondioksida
tinggi, RuBisCO akan
memfiksasi
karbondioksida. Akan tetapi, jika konsentrasi karbondioksida rendah,
RuBisCO akan mengikat oksigen dan bukan karbondioksida. Proses ini,
yang dsiebut
fotorespirasi, menggunakan energi, tapi tidak
menghasilkan gula.
Aktivitas oksigenase RuBisCO tidak menguntungkan bagi Tumbuhan karena
beberapa alasan berikut:
- Salah satu produk aktivitas oksigenasi adalah fosfoglikolat
(2 karbon) dan bukannya 3-fosfogliserat
(3 karbon). Fosfoglikolat tidak dapat dimetabolisme oleh siklus
Calvin-Benson dan menunjukkan karbon yang hilang dari sklus tersebut.
Aktivitas oksigenasi yang tinggi, dengan demikian, menguras gula yang
diperlukan untuk mengolah kembali ribulose
5-bisfosfat dan untuk keberlangsungan siklus
Calvin-Benson.
- Fosfoglikolat dimetabolisme dengan cepat menjadi glikolat yang
beracun bagi Tumbuhan pada konsentrasi yang tinggi. Ini menghambat
fotosintesis.
- Menyimpan Glikolat secara energi merupakan proses yang mahal yang
menggunakan jalur glikolat, dan hanya 75% dari karbon yang dikembalikan
pada siklus Calvin-Benson sebagai 3-fosfogliserat. Reaksi ini juga
menghasilkan ammonia (NH3), yang
dapat berdifusi
keluar dari Tumbuhan, berujung pada hilangnya nitrogen.
-
- Ringkasan sederhananya adalah sebagai berikut:
-
-
- 2 glikolat + ATP → 3-fosfogliserat + karbondioksida + ADP + NH3
Penggunaan jalur untuk produk dari aktivitas oksigenase RuBisCO
oxygenase lebih dikenal sebagai
fotorespirasi,
karena dicirikan dengan konsumsi oksigen bergantung pada cahaya dan
pelepasan karbondioksida