Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan.
Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil
(virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka
mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng,
tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering
menjadi hama tanaman.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh
virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit
tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan
mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan
tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya,
bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan
dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering
kali manusia menggunakan oat – obatan anti hama. Pestisida yang
digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida
yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida, dll.
Pembasmi hama dan
penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara hati – hati dan
tepat guna. Penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak tepat justru
dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar. Hal itu disebabkan karena
pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh
karena itu pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya
diusahakan seminimal dan sebijak mungkin.
Secara alamiah,
sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun,
karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang. Akibatnya
hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi
adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai musuh
yang memangsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah
populasi tikus. Musuhnya tikus itu ialah ular, burung hantu, dan elang.
Sayangnya binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga
tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus
menjadi sangat banyak dan menjadi hama pertanian.
A. Hama
Hama tumbuhan
adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya terganggu. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain
tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
1. Tikus
Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing
para petani. Hal ini disebabkan tikus sulit dikendalikan karena
memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak
yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan
tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat
tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.
Tikus menyerang
berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang diserang tidak hanya biji –
bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat
memakan biji – bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya
yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan biji – bijian.
Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung
di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka berarti sawah
tersebut diserang tikus.
Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan
cara – cara sebagai berikut:
a. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi
para tikus dan menangkap tikusnya.
b. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
c. Menanam tanaman
secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula
sehingga tidak ada kesempatan bagi tikus untuk mendapatkan makanan
setelah tanaman dipanen.
d. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus)
atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong
yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya
dilakukan sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu
penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan
ternak dan manusia.
2. Wereng
Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun
dan batang tumbuhan berlubang – lubang, kemudian kering, dan pada
akhirnya mati. Hama wereng ini dapat dikendalikan dengan cara – cara
sebagai betikut :
a. Pengaturan pola
tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan
pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus
hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan
selama 1 – 2 bulan.
b. Pengendalian hayati, yaitu dengan menggunakan
musuh alami wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa
Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss
lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia
octomaculata.
c. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan
insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan.
Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif,
efisien, dan aman bagi lingkungan.
3. Walang Sangit
Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakan
salah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu,
akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarna
hijau kemerah- merahan.
Walang sangit menghisab butir – butir padi yang
masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau
liat. Kulit biji itu akan berwarna kehitam – hitaman. Faktor – faktor
yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai
berikut.
a. Sawah sangat
dekat dengat perhutanan.
b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
c. Penanaman tidak
serentak
Pengendalian
terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Menanam tanaman
secara serentak.
b. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang
tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi
walang sangit.
c. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan
menggunakan jala penangkap.
d. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok,
ketam sawah, atau dengan alga.
e. Melakukan pengendalian hayati dengan cara
melepaskan predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang
dapat menginfeksi walang sangit.
f. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan
menggunakan insektisida.
Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan
dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya
hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji –
biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat
mencerna karbohidrat.
4. Ulat
Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap
yang indah dan benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah
daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu
sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal
batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya
tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a. Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat
pada bagian bawah daun.
b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam
jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk
dikumpulkan dan dibasmi.
c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka
dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.
5. Tungau
Tungau (kutu kecil)
biasanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut.
Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang
kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning
lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun
yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.
B. Penyakit
Tumbuhan
Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan
sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak
disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga.
Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus.
1. Jamur
Jamur adalah salah
satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian
tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya.
Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air,
serangga, atau sentuhan tangan.
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang
terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian
ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak
kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna
putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau
daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.
Jika jamur ini
mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang
yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit
kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu.
Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika
kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh
dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah
sebagai berikut.
a) Penyakit pada padi.
Penyakit pada ruas
batang dan butir padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzea.
Ruas – ruas batang menjadi mudah patah dan tanaman padi akhirnya mati.
Selain itu, terdapat pula penyakit yang menyebabkan daun pedi menguning.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea.
b)
Penyakit embun tepung.
Penyakit ini
disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang –
kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi
keropos dan akhirnya mati. Jamur ini kadang – kadang menyerang daun
pertama pada kecambah sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil
dapat tumbuh terus tapi pada daun – daunnya terdapat kercak – bercak
hitam.
Untuk memberantas
jamur ini dilakukan pengendalian secara kimia, yaitu dengan pemberian fungsida pada
tanaman yang terserang jamur.
2. Bakteri
Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar
tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan
lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah
membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang
bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida.
Contoh penyakit
yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang menyerang pembuluh
tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD).
CVPD disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya
adalah kuncup daun menjadi kecil dan berwarna kuning, buah menjadi
kuning, sehingga lama – kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang belum
parang dapat disembuhkan dengan terramycin, yang merupakan
sejenis antibiotik.
3. Virus
Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat,
tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus
cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan
dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk
disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain
penyakit daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini
disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang
permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk.
Penularan melalui perantara serangga.
4. Alga (Ganggang)
Keberadaan alga juga perlu diaspadai karena dapat
menyebabkan bercak karat merah pada daun tumbuhan. Tumbuhan yang
biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan rambutan. Bagian
tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya
bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya
tumbuh rambut berwarnya cokelat kemerahan. Meskipun ukurannya kecil,
bercak yang timbul sangat banyak sehingga cukup merugikan
Langkah – langkah
yang harus dilakukan agar tumbuhan tidak tersenang penyakit antara lain
sebagai berikut.
a) Usahakan tumbuhan selalu dalam kondisi prima atau
sehat dengan cara tercukupi segala kebutuhan zat haranya.
b)
Jangan membiarkan tumbuhan terlalu rimbun, pangkaslah sehingga seluruh
bagian tumbuhan mendapatkan sinar matahari yang cukup.
c)
Jangan biarkan tumbuhan terserang kutu, tungau, atau hewan yang lain
yang sering membawa bakteri atau jamur.
d) Usahakan lingkungan selalu bersih.
e)
Perhatikan tumbuhan sesering mungkun sehingga penyakit dapat terdeteksi
sedini mungkin.
f) Jika terdapat gejala – gejala yang tampak,
pangkaslah bagian tumbuhan (daun, buah, ranting) yang terserang,
kemudian dibakar agar tidak menular ke bagian atau tumbuhan yang
lainnya.
g) Penggunaan pertisida sebagai alternative terakhir
untuk pengobatan hama dan penyakit pada tumbuhan.
“Penggunaan
Pestisida untuk Memberantas Hama dan Penyakit”
Penggunaan
pestisida sintetis membutuhkan kecermatan, baik mengenai pilihan
pestisida yang aman maupun petunjuk pemakaiannya. Hasil pemantauan rutin
dapat digunakan untuk mengetahui Janis hama dan penyakit yang
menyerang, dan menentukan jenis pestisida yang sesuai sasaran.
Pemantauan juga bermanfaat agar penyemprotan tidak terlambat dengan
menggunakan dosis dan waktu yang tepat sehingga pengendalian hama dan
penyakit dapat berhasil.
Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida
harus memperhatikan jenis hama dan penyakit yang ada, populasi, serta
tahap pengembangan hama tersebut. Penggunaan pestisida dapat dilakukan
berdasarkan pertimbangan hal - hal berikut.
a)
Pestisida biologi disesuaikan dengan jenis hama yang menyerang.
b)
Pestisida harus selektif, yaitu untuk hama atau penyakit yang menyerang
jenis tanaman tertentu.
c) Formulasi pertisida harus sesuai. Misalnya untuk
hama yang masuk ke dalam bunga kurang cocok jika digunakan penyemprotan,
namun lebig efektif jika berbentuk kabut sehingga lebih mudak untuk
masuk ke dalam bunga.
d) Pestisida sistemik (masuk ke jaringan tumbuhan)
atau kontak bersentuhan dengan hama, disesuaikan dengan tahap
perkembangan hama. Pada fase dewasa, kutu putih mungkin sulit
dikendalikan dengan perstisida kontak karena tubuhnya memiliki lapisan
luar yang dapat melindunginya dari semprotan langsung. Pestisida
sistemik akan lebih efektif karena larva yang baru menetas dan makan
daun akan meti karena bahan aktif yanga ada dalam tumbuhan akan meracuni
hama tersebut.
C. Gulma
Selain hama dan penyakit yang menyerang tumbuhan dan
merugikan petani, gulma juga perlu mendapat perhatian khusus.
Pada petani kadang kurang memperhatikan gulma sehingga dalam kurun waktu
tertentu populasi gulma sudah melebihi batas. Gulma – gulma ini akan
berkompetisi dengan tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara yang
diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi tempat persembunyian
hama. Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan perkembangan hama
yang dapat menyerang tumbuhan.
Berdasarkan karaktristik yang dimiliki, gulma
dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu teki, rumput, dan gulma daun lebar.
1. Teki
Kelompok teki – tekian memiliki daya tahan luar
biasa terhadap pengendalian mekanis, karena memiliki umbu batang di
dalam tanah yang mampu bertahan berbulan – bulan. Contohnya adalah teki
ladang (Cyperus rotundus).
2. Rumput
Gulma dalam
kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon.
Stolon ini di dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi
secara mekanik. Contohnya adalah alang – alang (Imperata cylindrica).
3. Gulma daun lebar
Berbagai macam
gulma dari ordo Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini
biasanya tumbuh pada akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap tanaman
utama berupa kompetisi cahaya. Contoh dari gulma berdaun lebar ini
adalah daun sendok.
Berdasarkan parasit atau tidaknya,
dibedakan dalam :
a. Gulma
non parasit, contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.
b. Gulma
parasit, dibedakan lagi menjadi :
1) Gulma
parasit*sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).
Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak
mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan
akan makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar
pengisapnya (haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem.
2) Gulma
semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai
klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air
dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar
pengisapnya masuk sampai ke jaringan xilem.
3) Gulma hiper parasit,
contoh Viscum sp.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai
klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air
dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya
masuk sampai ke jaringan xilem.
“Pengendalian Gulma”
Pengendalian gulma memerlukan strategi yang khas
untuk setiap kasus. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum
melakukan pengendalian gulma antara lain sebagai berikut :
a) Jenis gulma
dominan
b) Tanaman budi daya utama
c) Alternatif
pengendalian yang tersedia
d) Dampak ekonomi dan ekologi
Saat ini cukup
banyak herbisida (pembasmi gulma) yang tersedia di toko
pertanian. Meskipun demikian, kita perlu hati – hati dalam memilih dan
menggunakan herbisida. Memperhatikan cara pemakaian herbisida dengan
benar sangatlah dianjurkan.
Tujuan pembersihan gulma antara lain untuk
mengurangi tumbuhan pengganggu yang akan menjadi pesaing tanaman utama.
Selain itu juga karena gulma merupakan inang alternetif dan tempat
persembunyian hama penyakit.
Setelah mempelajari tentang gulma yang selalu
merugikan manusia, ada juga gulma yang tidak merugikan bagi siapapun,
yaitu tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa l.), entah kenapa tanaman ini
termasuk gulma, kami mendapatkan ini dari satu media Internet yang
membahas tentang hama dan penyakit tumbuhan. Padahal pengertian dari
gulma itu sendiri yaitu tanaman pengganggu yang menekan pertumbuhan hama
dan penyakit, dilihat dari sisi manfaat tanaman rosela banyak sekali,
antara lain mengatasi batuk, lesu, demam, gusi berdarah, penahan
kekejangan, anti cacing, anti bakteri, anti septik, menurunkan
kolesterol dalam darah, asam urat. Melihat dari manfaat – manfaat
tanaman ini, tanaman ini tidak menunjukkan tanaman yang mendatangkan
penyakit bagi manusia, malah kebalikannya, tanaman ini dapat
menyembuhkan beberapa penyakit manusia, jadi mengapa banyak orang yang
menyebut tanaman ini menjadi tanaman gulma? Karena tanaman rosela ini
mudah sekali terserang penyakit dan menularkannya ke tumbuhan lain, dan
banyak sekali hewan – hewan hama hinggap di daun / batangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar